Seorang pria bernama Rio telah lama jatuh hati kepada seorang wanita bernama Arin. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk menarik perhatian Arin. Sayangnya, semuanya belum membuahkan hasil. Namun Rio sudah berencana akan mengutarakan isi hatinya. Ia tinggal menunggu waktu yang tepat.
Di suatu malam, bersama dengan teman-temannya, Rio makan malam bersama. Arin pun ikut dalam acara makan bersama itu. Malam itu, Rio diam-diam telah mempersiapkan kejutan untuk Arin. Selesai makan, Rio tiba-tiba meninggalkan teman-temanya dengan alasan ingin ke toilet. Ketika Rio kembali, ternyata ia membawa sebuahcup cake lengkap dengan sebuah lilin diatasnya. Hari itu rupanya ulangtahun Arin.
Rio pun memberikan kue itu kepada Arin. Ia meminta gadis itu meniup lilin dan membuat permintaan. Namun, ketika ia baru saja ingin meminta Arin melakukannya, tiba-tiba handphonenya berdering. Tertera di layarnya sebuah nama “Ibu”. Ia mengabaikan panggilan itu. Semenit kemudian handphonenya kembali berdering. Akhirnya, karena tak ingin panggilan itu kembali mengganggu suasana malam itu. Ia pun mengangkatnya.
“Rio, kamu dimana nak?” tanya seorang wanita di ujung telepon dengan nada khawatir.
“Saya masih di jalan bu. Nanti rio telepon lagi yah”. Jawab Rio terburu-buru. Belum juga ibunya melanjutkan pertanyaannya, ia pun menutup teleponnya.
“Maaf, itu tadi ibuku. Biasa, cerewetnya lagi kumat.” kata Rio sambil mengekeh kepada teman-temannya dan Arin.
Dua hari setelah kejadian malam itu. di sebuah toko buku di pusat perbelanjaan. Rio, Arin dan tiga teman lainnya sedang sibuk memilih buku untuk tugas kuliahnya. Sebelum mereka pulang, mereka ingin singgah makan terlebih dahulu
Dalam perjalanan menuju sebuah restoran cepat saji, handphone Rio tiba-tiba berdering. Ia pun mengangkatnya.
“Halo, mas Rio. Ibu sakit minta mas Rio pulang sekarang untuk temenin ibu.”
Ucap seorang perempuan dengan nada khawatir. Rupanya ia asisten rumah tangga di rumah Rio. “Iya bi, Rio akan segera pulang” jawab Rio singkat lalu menutup teleponnya.
Arin sempat mendengar percakapan Rio dan asisten rumah tangganya. Ia malah sempat menyarankan untuk langsung pulang saja. Namun, Rio ternyata tetap ingin makan dulu bersama Arin dan teman-temanya.
Keesokan harinya, di sebuah taman kampus. Suasana sedang lengang. Di sebuah bangku taman, terlihat Arin sedang serius membaca. Rio memutuskan saat itu adalah waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya. Ia pun mendekati Arin.
"Rin, aku mau ngomong sesuatu" ucap Rio gugup
"Oh iya, ada apa Rio?" jawab Arin tenang
Rio terdiam sejenak "Aku sayang kamu Rin, mau gak jadi pacarku" Rio akhirnya mengungkapkan perasaannya
Arin balik terdiam mendengar ucapan Rio. Ia pun menghela napas panjang. Terdiam sejenak. Ia pun akhirnya berbicara,
"Sebelumnya terima kasih karena sudah sayang padaku. Tapi maaf Rio, saya tak yakin kamu benar paham arti dari kata sayang"
"Maksudnya Rin?" Rio kebingungan
"Beberapa hari ini, aku melihat caramu memperlakukan perempuan nomor satu yang paling berharga di dalam hidupmu, ibumu. Kamu dengan gampang membohonginya, membiarkannya menunggu saat ia sakit.Aku tak yakin apa kamu benar-benar mengerti maksud dari kata “sayang” itu. Aku jadi bertanya-tanya: Apakah yang kamu lakukan padaku selama ini pernah kamu lakukan pada ibumu? Memberi kue ulangtahun. Memaksakan diri menemaninya makan dan meninggalkan apapun demi untuknya. Apa kamu pernah melakukannya?”
Rio hanya terdiam.
"Maaf Rio, aku tak bisa menerima perasaanmu. Ohiya, aku punya saran untukmu Rio. Sebelum memutuskan menyayangi perempuan lain, sayangi dulu ibumu. Jika ia saja belum bisa kamu bahagiakan. Bagaimana mungkin kamu bisa menyayangi perempuan lain dengan benar" Arin pun meninggalkan Rio yang sedang menahan rasa malunya.
Sumber: Kisah ini merupakan kisah seorang teman yang diceritakan kepada penulis dan ditulis ulang oleh penulis
comment 0 comments
more_vert